Fenomena perilaku menyimpang dalam kehidupan bermasyarakat
menarik untuk dibahas. Perilaku menyimpang menyiratkan kesan bahwa meskipun ada
masyarakat yang seluruh warganya dapat menaati dengan patuh seluruh aturan norma
sosial yang berlaku, tetapi apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang, maka hal itu dianggap telah mencoreng aib diri sendiri, keluarga
maupun komunitas besarnya. Perilaku menyimpang adalah perilaku dari para warga
mayarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma
sosial yang berlaku. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang
berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat,
perilaku atau tindakan tersebut diluar kebiasaan, adat istiadat, aturan
nilai-nilai atau norma sosial yang berlaku (Narwoko dan Suyanto, 2004: 98).
Gaya pacaran yang kelewat berani dan bebas tersebut sekarang
dinilai masyarakat sebagai hal buruk atau menyimpang. Masyarakat menganggap
tidak mengindahkan peraturan dan norma-norma kesopanan maupun nilai-nilai
kesusilaan yang berlaku. Hal ini terlihat dengan perilaku yang sering
memperlihatkan kemesraan di tempat umum, mulai dari pegangan tangan, ciuman,
dan sebagainya.
Moralitas barat yang bebas dari waktu kewaktu terus
berkembang bahkan telah melanda dunia timur, termasuk indonesia yang saat ini mulai tampak gejala
kearah munculnya seks bebas. Isu-isu kebebasan seks (fre seks) seperti
pemerkosaan, pencabulan anak di bawah umur, merebaksnya VCD porno secara bebas
dan sebagainya yang terus marak di indonesia, kerap kali menimbulkan
kekhawatiran dan kecemasan.
Dewasa ini, pacaran tidak lagi menjadi hal yang tabu untuk
dilakukan, sadar dan tidak disadari bahwa untuk kehidupan para kawula muda,
pacaran menjadi semacam kebutuhan dan mungkin juga menjadi sebuah gaya hidup
yang harus dijalani. Mereka terserat kearah pacaran pada hubungan yang
selayaknya dilakukan pasangan suami istri.
Dorongan seksual adalah kecendrungan biologis
untuk mencari tanggapan seksual dan tanggapan yang berbau seksual dari orang
lain atau lebih, biasanya dari jenis yang berlawanan. Dorongan tersebut muncul
pada awal massa remaja dan tetap bertahan kuat sepanjang hidup. Seksualitas
meliputi semua perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan seks baik melalui
biologis maupun melalui belajar sosial (Horton L. Hunt 1984:147).
Kaitanya dengan perkembanganya
kematangan masalah seks bebas kadang-kadang dapat pengaruh negatif dari luar
disertatai dengan tipisnya iman dan kosongnya pendidikan agama, mengikuti
kesenangan yang sesaat dan belum berpikiran dewasa sering timbulkan pikiran
gelap yaitu hubungan seks bebas. Masalah seks bebas dikalangan remaja, pelajar
pada umumnya merupakan akibat dari berpacaran.
Dengan alasan kasih sayang antara pemuda-pemudi yang sedang
berpacaran, pada umumnya memuat cinta sejati maupun hawa nafsu. Mereka harus
belajar dan dibantu untuk dapat cinta
yang sejati dan hawa nafsu. Sedangkan cinta sejati justru berciri sosial dan
terarah kepada kebahagian orang lain. Sebelum menikah, cinta sejati antara
muda-mudi belumlah penuh, cinta sebelum pernikahan hanyalah cinta yang hanya
sedang diproses menuju cinta yang sejati
dan penuh. Hubungan seks juga belum layak dilakukan, sebab hubungan semacam itu
tidak sesuai dengan kenyataan bahwa cinta mereka belum penuh, belum terjamin,
belum diakui dan belum dilindungi oleh masyarakat. Kecuali itu, apabila
keduanya tidak jadi menikah akan ada yang dirugikan, terutama nama baik dan
massa depan pihak perempuan.
Kecenderungan untuk menangani penyimpangan secara lebih
sistematis menyebabkan timbulnya perhatian pengendalian sosial. pada massa
lampau pengendalian sosial ditangani seperti unsur-unsur lain dan pemeliharaan
tertib sosial. Namun, dewasa ini disadari bahwa manusia yang menyimpang maupun
gejala penyimpangan pada umumnya tidak dapat ditelaah terlepas dari
kegitan-kegiatan masyarakat untuk menaggulangi perilaku menyimpang. Ini
merupakan bentuk kontrol sosial dari masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar