Minggu, 28 April 2013

fenomena perilaku menyimpang

       Fenomena perilaku menyimpang dalam kehidupan bermasyarakat menarik untuk dibahas. Perilaku menyimpang menyiratkan kesan bahwa meskipun ada masyarakat yang seluruh warganya dapat menaati dengan patuh seluruh aturan norma sosial yang berlaku, tetapi apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang, maka hal itu dianggap telah mencoreng aib diri sendiri, keluarga maupun komunitas besarnya. Perilaku menyimpang adalah perilaku dari para warga mayarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat, perilaku atau tindakan tersebut diluar kebiasaan, adat istiadat, aturan nilai-nilai atau norma sosial yang berlaku (Narwoko dan Suyanto, 2004: 98).
           Gaya pacaran yang kelewat berani dan bebas tersebut sekarang dinilai masyarakat sebagai hal buruk atau menyimpang. Masyarakat menganggap tidak mengindahkan peraturan dan norma-norma kesopanan maupun nilai-nilai kesusilaan yang berlaku. Hal ini terlihat dengan perilaku yang sering memperlihatkan kemesraan di tempat umum, mulai dari pegangan tangan, ciuman, dan sebagainya.
          Moralitas barat yang bebas dari waktu kewaktu terus berkembang bahkan telah melanda dunia timur, termasuk  indonesia yang saat ini mulai tampak gejala kearah munculnya seks bebas. Isu-isu kebebasan seks (fre seks) seperti pemerkosaan, pencabulan anak di bawah umur, merebaksnya VCD porno secara bebas dan sebagainya yang terus marak di indonesia, kerap kali menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan.
        Dewasa ini, pacaran tidak lagi menjadi hal yang tabu untuk dilakukan, sadar dan tidak disadari bahwa untuk kehidupan para kawula muda, pacaran menjadi semacam kebutuhan dan mungkin juga menjadi sebuah gaya hidup yang harus dijalani. Mereka terserat kearah pacaran pada hubungan yang selayaknya dilakukan pasangan suami istri.
        Dorongan seksual adalah kecendrungan biologis untuk mencari tanggapan seksual dan tanggapan yang berbau seksual dari orang lain atau lebih, biasanya dari jenis yang berlawanan. Dorongan tersebut muncul pada awal massa remaja dan tetap bertahan kuat sepanjang hidup. Seksualitas meliputi semua perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan seks baik melalui biologis maupun melalui belajar sosial (Horton L. Hunt 1984:147).
       Kaitanya dengan perkembanganya kematangan masalah seks bebas kadang-kadang dapat pengaruh negatif dari luar disertatai dengan tipisnya iman dan kosongnya pendidikan agama, mengikuti kesenangan yang sesaat dan belum berpikiran dewasa sering timbulkan pikiran gelap yaitu hubungan seks bebas. Masalah seks bebas dikalangan remaja, pelajar pada umumnya merupakan akibat dari berpacaran.
       Dengan alasan kasih sayang antara pemuda-pemudi yang sedang berpacaran, pada umumnya memuat cinta sejati maupun hawa nafsu. Mereka harus belajar dan dibantu untuk dapat  cinta yang sejati dan hawa nafsu. Sedangkan cinta sejati justru berciri sosial dan terarah kepada kebahagian orang lain. Sebelum menikah, cinta sejati antara muda-mudi belumlah penuh, cinta sebelum pernikahan hanyalah cinta yang hanya sedang diproses menuju cinta  yang sejati dan penuh. Hubungan seks juga belum layak dilakukan, sebab hubungan semacam itu tidak sesuai dengan kenyataan bahwa cinta mereka belum penuh, belum terjamin, belum diakui dan belum dilindungi oleh masyarakat. Kecuali itu, apabila keduanya tidak jadi menikah akan ada yang dirugikan, terutama nama baik dan massa depan pihak perempuan.
       Kecenderungan untuk menangani penyimpangan secara lebih sistematis menyebabkan timbulnya perhatian pengendalian sosial. pada massa lampau pengendalian sosial ditangani seperti unsur-unsur lain dan pemeliharaan tertib sosial. Namun, dewasa ini disadari bahwa manusia yang menyimpang maupun gejala penyimpangan pada umumnya tidak dapat ditelaah terlepas dari kegitan-kegiatan masyarakat untuk menaggulangi perilaku menyimpang. Ini merupakan bentuk kontrol sosial dari masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar